Banner 728x90 pxl

Rabu, 22 April 2009

ADME Tetrasiklin

Mengapa Tetrasiklin Tidak Boleh Diminum Bersama Susu? Mengapa Tetrasiklin Tidak Boleh Diberikan untuk Pasien dengan Gangguan Fungsi Ginjal dan Hati?

Tetrasiklin merupakan golongan antibiotik yang bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri.
Tetrasiklin akan berikatan pada ribosomal subunit 30S, sehingga menhambat ikatan aminoasil-tRNA ke sisi A pada kompleks ribosomal. Hambatan ikatan ini menyebabkan hambatan sintesis ikatan peptida. Secara umum tetrasiklin dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

* Kelompok 1, meliputi agen yang absorpsinya lebih rendah dan kurang lipofil bila dibandingkan dengan kelompok 2. Contohnya adalah tetrasiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin, demeklosiklin (demetil klorotetrasiklin), limesiklin, metasiklin dan rolitetrasiklin. Semuanya dapat diberikan secara per oral kecuali rolitetrasiklin.
* Kelompok 2, lebih mudah diabsorpsi dan 3-5 kali lebih lipofil daripada obat-obat pada kelompok 1. Hal ini akan meningkatkan distribusi ke jaringan, namun data yang meyakinkan tidak ada. Obat-obatnya tersedia dalam sediaan oral dan intravena. Contohnya adalah doksisiklin dan minosiklin.
* Kelompok 3, termasuk pengembangan aminometilsiklin yang belum melalui uji klinik, glisisiklin dan tigesiklin dan yang baru-baru ini diakui. Dalam uji in vitro, antibiotik ini secara aktif melawan bakteri yang resisten terhadap tetrasiklin.

Secara khusus artikel ini akan membahas farmakokinetika tetrasiklin dari kelompok 1 meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi dalam tubuh, sehingga pertanyaan yang menjadi judul di atas dapat terjawab. Kelompok 1 terdiri dari tetrasiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin, demeklosiklin (demetil klorotetrasiklin), limesiklin, metasiklin dan rolitetrasiklin.

Berikut ini tabel hasil penelitian yang dilakukan oleh Kenneth N. Agwuh dan Alasdair MacGowan tentang farmakokinetika tetrasiklin dari kelompok 1:
Pharmacokineticts of tetracyclines

Pharmacokineticts of tetracyclines

Absorpsi bervariasi dari 0% sampai hampir 90%, meskipun sebagian besar berada dalam kisaran 25-60%. Konsentrasi serum meningkat secara perlahan setelah pemberian oral dengan absorpsi yang terjadi dalam perut, duodenum dan intestine. Cmax (mg/L) tergantung pada dosis, namun umumnya pada kisaran 1-5 mg/L. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi puncak (Tmax) berkisar antara 2-4 jam kecuali demeklosiklin yang Cmax-nya tertunda sampai 4-6 jam.

Absorpsi

Seluruh kelompok ini membentuk kompleks yang tidak larut dengan kalsium, magnesium, besi, dan aluminium, sehingga secara nyata akan mengurangi absorpsi. Protein, lemak, dan karbohidrat juga akan mengurangi absorpsi sampai dengan 50%. Oleh karena itulah, maka tetrasiklin diberikan sebelum makan.

Susu mengandung kalsium, magnesium, besi, dan aluminium yang akan membentuk kompleks tidak larut dengan tetrasiklin. Susu juga mengandung protein dan lemak, sehingga tetrasiklin tidak boleh diminum bersama dengan susu karena dapat menurunkan absorpsi.

Distribusi

Volume distribusi 1,3-1,7 L/kg atau total volume distribusinya 100-130 L. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan konsentrasi dalam jaringan yaitu keseluruhan dari kelompok ini penetrasi ke jaringannya kecil, sehingga disimpulkan distribusinya relatif sulit. Ikatan oleh protein bervariasi untuk masing-masing obat.

Metabolisme dan Eliminasi

Tidak satupun dari kelompok ini mengalami metabolisme, kecuali tetrasiklin yang diekskresikan sebagai D-epitetrasiklin. Obat yang tidak mengalami perubahan (metabolisme) diekskresi oleh ginjal dan melalui ekskresi bilier (obat terkonsentrasi dalam empedu dan diekskresi ke dalam usus halus). Eliminasi oleh ginjal (Clr) berhubungan dengan filtrasi glomerular, kecuali chlortetrasiklin. Artinya darah dibersihkan dari tetrasiklin berdasarkan transpor konvektif. Jumlah obat yang diekskresi ke dalam urin < 50%, rolitetrasiklin dikatakan memiliki eliminasi yang tinggi pada ginjal. Ekskresi > 40% terdapat pada feses setelah ekskresi bilier dan semuanya memiliki sirkulasi enterohepatik. Sirkulasi enterohepatik ini dapat memperpanjang keberadaan obat dalam tubuh.

Adanya gangguan fungsi ginjal akan mempengaruhi eliminasi tetrasiklin, khususnya bila terjadi kerusakan pada glomerulus eliminasi tetrasiklin menjadi lebih lama. Selain itu, adanya sirkulasi enterohepatik akan memperpanjang keberadaan obat dalam tubuh dan bila terdapat gangguan fungsi hati keberadaan obat dalam tubuh akan semakin panjang. Oleh karena itulah, maka tetrasiklin tidak boleh diberikan kepada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati karena dapat meningkatkan resiko toksisitasnya. Bila terpaksa harus diberikan tetrasiklin, maka dapat dilakukan penyesuaian dosis.

Daftar Pustaka

Agwuh, K. N., Alasdair MacGowan, 2006, Pharmacokinetics and Pharmacodynamics of The Tetracyclines Including Glycylcyclines, Journal of Antimicrobial Chemotherapy, 256–265, Oxford University Press on behalf of the British Society for Antimicrobial Chemotherapy, United Kingdom

Mutscheler, E., 1999, Dinamika Obat, 649-651, Penerbit ITB, Bandung

Neal, M.J., 2006, At a Glance Farmakologi Medis, edisi kelima, 13, Penerbit Erlangga, Jakarta

Sukandar, Prof.Dr. E. Y, Apt., dkk, 2008, ISO Farmakoterapi, 737-738, Penerbit PT.ISFI Penerbitan, Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Categories

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger